Belajar dengan Ikhlas


Belajar merupakan upaya manusia mensyukuri kenikmatan memiliki akal dan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan akal tersebut dalam mengolah karunia Allah yang lain

Belajar adalah proses mencari ilmu. Ilmu sendiri memiliki makna sebagai kejelasan, pengetahuan yang jelas akan sesuatu. Belajar yang dilakukan manusia adalah suatu keharusan. Secara sederhana dengan belajar berarti manusia mensyukuri kenikmatan memiliki akal dan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan akal tersebut dalam mengolah karunia Allah yang lain.
Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah.  Allah menjanjikan derajat yang lebih tinggi bagi orang yang berilmu melebihi ahli ibadah. Terlebih bila ia mau membaginya atau mengajarkannya kepada  orang lain. Dalam sabdanya nabi menjelaskan kepada Abu Dzar :

لأَنْ تَغْدُ وَفَتُعَلِّمُ بَابًامِنْ كِتَابٍ اللهِ تَعَلى خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّى مِائَةَ رَكْعَةٍ , وَلَأَنْ تَغْدُ وَفَتُعَلِّمُ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ عُمِلَ بِهِ اَوْلَمْ يُعْمَلْ خَيْرٌ لَكَ مِنْ اَنْ تُصَلِّى أَلْفَ رَكْعَةٍ.
Artinya :
Sungguh saat engkau pergi lalu mengajarkan satu bab dari kitabullah, itu lebih baik bagimu daripada engkau shalat seratus raka’at. Dan bila engkau pergi untuk mengajarkan ilmu baik itu diamalkan atau tidak, itu lebih baik bagimu dari pada shalat seribu rakaat.

Untuk mencapai keberkahan ilmu, hendaklah disertai keikhlasan dalam usaha mencari ilmu atau belajar. Keikhlasan dalam belajar berarti menyandarkan segala upaya mendapatkan ilmu untuk semata mencari keridloan Allah Ta’ala. Dengan keikhlasan hati maka akan memunculkan keikhlasan dalam berucap dan bertindak. Berucap mengenai ilmu yang baik dan bermanfaat. Berbuat memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Keridhoan dari Allah Ta’ala akan menjadi jalan bagi kemudahan seorang hamba dalam belajar. Dalam sebuah hadist, Nabi bersabda tentang cara memudahkan ilmu terserap dengan baik saat belajar. Yakni dengan melanggengkan lima hal :
pertama, mengerjakan shalat malam meskipun hanya 2 raka’at. Shalat malam diyakini dapat menjernihkan pikiran sehingga mempermudah ilmu meresap ke dalam akal pikiran.
Kedua, selalu menjaga kesucian atau menjaga wudlu. Orang yang selalu menga kesuciannya akan senantiasa mengingat Allah dalam setiap langkah hidupnya. Bukankah Allah akan selalu mengingat hamba yang selalu mengingatNya. Dengan demikian saat mendapatkan kesulitan dalam belajar kita akan selalu diberi pertolongan oleh Allah.
Ketiga, bertaqwa kepada Allah baik dalam keadaan sendiri maupun saat bersama orang lain. Dalam Q.S Al Baqarah 282 Allah Ta’ala berfirman :

وَاتَّقُوااللهَ وَ يُعَلِّمُكُمُ اللهُ وَاللهُ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ
Artinya :
Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Dia mengajar kamu. Dan Allah Maha Mengetahui dari segala sesuatu

Keempat, Niat makan untuk bertaqwa, artinya makan ia lakukan supaya mendapatkan kekuatan dalam menjalankan ibadah atau usaha untuk mendapatkan ilmu. Jadi makan tidak hanya untuk memenuhi hasrat saja.
Kelima, Menggunakan siwak. Hal ini dimaknai secara luas, artinya seorang pencari ilmu yang sedang belajar harus menjaga kebersihan dan kesehatan. Karena kebersihan adalah sebagian dari iman. Kita bisa menjaga iman kita dengan menjaga kebersihan, baik fisik, hati, pikiran dan perbuatan. Iman yang tertanam akan menumbuhkan keyakinan. Keyakinan inilah yang dibutuhkan seorang pencari ilmu. Pencari ilmu harus yakin dengan ilmu yang dipelajarinya sehingga nantinya ilmu itu bisa bermanfaat. Tidak hanya untuk dirinya tapi juga orang lain.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Pemandunya

Anakku Guru terbaikku

Blogger for Android