Lima Hari Saja

Senin dengan jadwal mengajar siang itu sesuatu binggit. Pagi-pagi sudah siap membuka mata dan teriak pake TOA " I like Monday!". Tapi, senin kali ini terasa beda. Belum juga selesai preparing ngajar ada tugas yang suddenly tiba-tiba #halah diberitahukan dari seberang sono untuk berangkat diklat bunyinya seperti ini " bu nur, segera dipersiapkan ke Jawa Barat refresement K13"....dan aku hanya terdiam...kemudian berseru #dalam hati " what....OMG hellooooo! " pliiiis Tuhan anakku ujian sekolah dan imtihan diniyah, secara ini kan mau Ramadhan. Apa jadinya kalo mami-papinya tidak mendampinginya.(*perhatian-perhatian : papinya pulang ke rumah seminggu sekali ya...weekend) Setelah tepok jidat berkali-kali dan mengambil nafas dalam-dalam, mulailah aku dengan tarian yang dinamakan "Perjuangan". *ngiket kepala pake hasduk sambil teriak Arigato! Eh maap salah ya? Ulangi ya Ganbatte...cemungud ea.
Selama perjalanan ke kantor otak ini tidak berhenti berputar, mencari celah bagaimana caranya ngasih tau thole kalau maminya harus pergi workshop. Yang jelas tidak dengan berbohong.
Malam itu, thole belajar seperti biasa. Membaca dengan suara keras dan aku suka. Acara intinya langsung dimulai. Dengan suara  senormal mungkin keluarlah kata-kata " nak, mami besok mau pelatihan". Okey....sementara waktu dia masih memandang bukunya sebentar, meski tak lama kemudian dia memandangku lekat " di mana mi?" Oh God makin tidak tega ngomongnya "Kuningan sayang, Jawa Barat"
"Haaah deketnya Jawa Timur?" aku mulai mencium aroma lain.
" bukan, deketnya Jawa tengah boy!" Aku jawab sambil memencet hidungnya, lagi-lagi aku berusaha bersikap biasa. "berapa lama mi?" Lanjutnya. " cuma sampai Sabtu" jawabku sambil menunjukkan telapak tangan kananku dengan jari terbuka, lantas ku ajak dia menghitung hari " Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu" thole mengernyitkan dahinya " trus yang ngancani aku belajar siapa mi?" Aiiih seperti pertanyaan yang sulit dijawab, nanya yang lain dong! " kan ada yangti sama kakung?!" Dan benar saja kalimat yang sudah aku tebak sebelumnya meluncur dengan sempurna " ikuuuuuuut". Aku terdiam, aku tahu ini tidak mudah tapi dia harus tahu ini adalah pilihan. Dengan penjelasan panjaaaang kali lebar yang jadinya melar akhirnya dia bisa menerima walau berat sekali, dan disertai pertanyaan dan pernyataan yang bikin melow abis.
Kami, aku dan suamiku berusaha untuk berkata jujur kemana kami pergi dan mempersilahkan thole mengantar kami sekedar ke terminal atau pemberhentian travel. Karena saat dewasa nanti ketika tiba saatnya dia suka berpetualang kami ingin dia juga jujur. Alhamdulillah, sampai saat ini tholeku selalu izin kemana dia pergi, dan dia tidak bohong.
Sabtu, 7 Juni 2014 pukul 03.00 dini hari. Aku dan sopir travel sepakat mengenai tempat dimana aku harus turun. 3 km dari rumah. Perjalanan Jogja-Blitar yang menguras kesadaran dan energiku. Terlalu pagi  bagi thole untuk bangun. Tapi dia menungguku, aku lihat dia segera turun dari mobil, dia ikut membantu memasukkan oleh-oleh yang aku bawa khusus untuknya. Dan seperti sebelum-sebelumnya ia bergelayut manja di pangkuanku. Kami seperti sejoli yang berabad-abad terpisah, tak mau saling melepaskan. Tidak butuh waktu lama untuk kembali normal, 3 jam setelahnya thole kembali mendengar suara khasku di pagi hari "abdiiiiiiil, mandi le......" .


Komentar

  1. Suka sama tips nya buat jujur dg anak #belom punya anak sih..hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga segera dikasih :-) , salam kenal mbak Aan Qonita. makasih sudah mampir

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Pemandunya

Anakku Guru terbaikku

Blogger for Android